Bayi mulai usia 6 bulan dianjurkan untuk mendapatkan makanan tambahan, misalnya biskuit, bubur susu, ataupun jus buah. Masalahnya, si kecil mungkin menyemburkan atau melepeh makanannya. Di usia batita, kendala yang terjadi di antaranya mengemut atau tak mau menelan makanan. Sementara anak prasekolah yang sudah lebih besar mulai pilih-pilih makanan (picky eater), punya kebiasaan makan sambil jalan-jalan, main games, atau sambil nonton teve. Sedangkan anak usia 6-9 tahun cenderung memilih jajanan berkalori tinggi tetapi kurang atau tidak bergizi sama sekali. Di tahapan selanjutnya, sekitar 9-12 tahun, perilaku sulit makan kian kompleks. Di satu sisi nafsu makannya mulai meningkat, tapi di sisi lain mereka takut makan akan membuat tubuh jadi bulat, jerawatan dan sebagainya.
Penyebab perilaku sulit makan pada anak sebetulnya bisa ditelusuri. Misalnya, bayi yang sering menolak makan barangkali disebabkan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang terlalu cepat atau malah terlambat. Faktor penyebab lainnya adalah perilaku makan orang tua ternyata salah. Makan sambil nonton teve atau membaca koran adalah beberapa di antaranya yang kemudian ditiru anak. Selain itu, orang tua juga mungkin kurang terampil menyajikan menu makanan yang variatif. Demi kepraktisan, makanan yang tersaji di meja makan cenderung itu-itu saja.
Jika Anda tak mau problem sulit makan ini berlarut-larut dan berdampak buruk, maka carikan solusinya. Kekurangan gizi merupakan risiko yang paling jelas. Indikator mengenai status gizinya bisa terbaca dari berat badan dan tinggi badan yang berada di bawah standar. Oleh karena itu, cari tahu penyebab anak sulit makan dan lakukan upaya mengatasinya yang tepat.
“DUH…BAYIKU KOK ENGGAK MAU MAKAN?”
Masalah muncul ketika bayi memasuki masa transisi dari makanan cair ke makanan semipadat.
Di usia 6 bulan, kebutuhan asupan makan si kecil mengalami perubahan. ASI saja tidak bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Itulah mengapa di usia ini si kecil membutuhkan makanan pendamping ASI (MP-ASI).
Namun tak selamanya pemberian MP-ASI berjalan mulus. Ada begitu banyak bentuk penolakan makan yang dilakukan bayi. Di antaranya melepehkan atau menyembur-nyemburkan makanan yang sudah disuapkan ke mulutnya. Bahkan, tidak sedikit yang terang-terangan menolak dengan memalingkan mukanya atau menutup mulutnya rapat-rapat. Jangan terburu-buru menyalahkan anak, apalagi mencapnya dengan sebutan “bayi rewel”, “susah diurus”, “bikin repot” dan sebagainya. Siapa tahu penolakan-penolakan tersebut justru muncul karena organ-organ pencernaan di mulutnya belum siap menerima makanan yang diberikan. Entah karena tekstur makanannya terlalu kasar, terlalu kental, atau porsinya tidak sesuai dengan kemampuan menelan bayi.
Ada juga bayi yang awalnya tak pernah menolak makan, tapi saat berusia 8 bulan atau lebih baru rewel soal makan. Kemungkinan, bentuk penolakan tersebut merupakan “aksi protes” terhadap citarasa makanan yang diberikan. Ingat, anak usia ini sudah mengenal rasa apa yang disukainya, apakah manis atau asin/gurih.
Bisa juga, penolakan tersebut merupakan wujud dari ketidaksukaannya terhadap sosok si pemberi makan.
http://alatperagakesehatan.net/phantom-kedokteran-dan-keperawatan/ Meski masih bayi, anak sudah bisa mengenali mana sosok yang bersahabat dan mana pula yang tak sabaran hingga cenderung main paksa. Perlakuan yang buruk tentu akan terekam dalam benak anak yang kemudian mendorongnya memasang “benteng pertahanan” lewat bentuk penolakan.
* USIA 6-7 BULAN
MP-ASI dikenalkan secara bertahap sebab mekanisme menelan dan kemampuan mencerna si kecil masih lemah. Jadi, mulailah dengan makanan yang lunak dan bersifat cair lebih dulu, berupa bubur susu yang encer, kemudian semakin kental.
Selain itu, selalu berikan lebih dulu dalam jumlah sedikit. Seiring dengan berjalannya waktu, konsentrasi buburnya bisa dipadatkan dan porsinya dapat ditingkatkan. Mengapa komposisi kekentalan harus sesuai? Karena kalau terlalu encer tentu kandungan gizinya tidak maksimal. Sebaliknya, jika kelewat kental bukan tidak mungkin malah mendatangkan masalah baru, yakni susah buang air besar.
Yang harus dijadikan patokan, tetap berikan ASI kapan pun si kecil mau. Namun usahakan jangan sampai membuatnya terlalu kenyang karena dia toh harus mengonsumsi MP-ASI-nya. Jangan lupa, biasakan pula ia mengonsumsi buah-buahan yang manis rasanya seperti pepaya, pisang, atau jeruk. Buah-buahan ini bisa disajikan dalam bentuk jus atau dicampur dengan makanan lainnya. Ada baiknya pula jika diberikan biskuit khusus bayi. Biskuit semacam ini, selain melatih kemampuannya mengunyah, juga amat disarankan untuk merangsang pertumbuhan giginya.
* USIA 8-9 BULAN
Di usia ini, ASI tetap diberikan kapan pun bayi mau. Akan tetapi, mulailah perkenalkan makanan dengan tekstur yang lebih padat, seperti bubur susu (berbahan buah atau tepung). Mengenai porsinya, tambahkan sesuai kebutuhan dan kondisi bayi. Contohnya, bayi dengan BB dan panjang tubuh lebih tentu butuh asupan lebih banyak ketimbang bayi dengan panjang tubuh dan BB yang lebih kecil. Bubur saring bisa juga dijadikan alternatif pilihan bila kebetulan tidak tersedia buah yang segar. Bahan-bahannya bisa berupa beras, makaroni, kentang, kacang hijau, atau roti. Namun perhatikan, sebelum diberikan harus disaring lebih dulu.
* USIA 9-12 BULAN
Saat berusia 9 bulan dan seterusnya, bayi sudah mampu mencerna makanan semipadat. Yang dimaksud adalah nasi tim beserta lauk pauknya. Jangan lupa, biasanya bagian atas nasi tim lebih keras dibandingkan bagian bawahnya. Nah, agar bayi tidak menolak makanan baru ini, aduklah dulu agar kepadatannya merata.
Bubur saring, buah kerok atau jus, dan ASI atau penggantinya berupa susu formula tetap diberikan. Sebagai selingan, bayi boleh diberi bubur susu berbahan dasar jeruk atau pisang untuk memperkaya pengenalan rasanya. Tak ada salahnya pula bila sesekali mengenalkan bumbu alami dan teknik pengolahan makanan sederhan. Semisal tumis ikan dengan bawang putih dan mentega atau sup dimasak dengan bawang merah, bawang putih, dan daun bawang. Untuk anak usia ini, garam sudah boleh diberikan sedikit.
Di usia setahun, diharapkan si kecil sudah bisa makan sesuai menu keluarga. Namun jangan lupa memperhatikan kemampuan mengunyah dan menelannya. Potong kecil-kecil lauk pauknya agar mudah masuk ke mulut mungilnya, mudah pula untuk dikunyah, dan ditelan serta dicerna organ tubuhnya.
Belum ada tanggapan untuk "Masalah Bayi Dan MPASI"
Post a Comment